Headline

Pedagang Kecewa, Revitalisasi Pasar Pamanukan Tak Diprioritaskan

Pasar Pamanukan
KECEWA: Pedagang Pasar Pamanukan mengungkapkan kekecewaan mereka terhadap lambannya penanganan revitalisasi pasar yang sudah lebih dari empat tahun terbakar.

SUBANG-Pedagang Pasar Pamanukan mengungkapkan kekecewaan mereka terhadap lambannya penanganan revitalisasi pasar yang sudah lebih dari empat tahun terbakar. 

Salah satu suara paling vokal datang dari Ketua Badan Musyawarah Pedagang Pamanukan (BMPP), Irvan Zanoear Ibrahim, SH. Melalui unggahan video, Irvan menampilkan langsung kondisi mengenaskan pasar yang terbakar pada 21 Januari 2021 silam.

Dalam video tersebut, Irvan berdiri di antara bangunan pasar yang kini telah dipenuhi ilalang dan semak belukar. Ia menyampaikan secara langsung keluhan serta harapan besar kepada Bupati Subang, Reynaldy Putra Andita, dan Wakil Bupati Agus Masykur. Apalagi Irvan berharap keluhan ini juga bisa sampai ke Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.

“Ini secara praktis menghambat dan menjadikan impotensi pasar sebagai penggerak roda perekonomian. Sudah lebih dari empat tahun sejak kebakaran, tapi kondisinya tetap seperti ini, bahkan lebih parah,” ujar Irvan dalam video tersebut Pada Kamis (8/5/2025). 

Irvan menuturkan, para pedagang melalui BMPP telah menempuh berbagai ikhtiar demi memperjuangkan nasib mereka. Mereka telah mengirimkan surat dan usulan kepada pemerintah daerah, termasuk kepada Bupati Subang saat itu, Kang Jimat. Namun, tanggapan mereka jauh dari harapan.

“Waktu itu katanya tidak ada dana, jadi pemda tidak bisa membangun atau merevitalisasi Pasar Pamanukan. Akhirnya kami pulang dan berdiskusi lagi dengan para pedagang, lalu memutuskan mencoba membangun secara swadaya,” lanjutnya.

Namun, upaya membangun secara swadaya bukanlah hal yang mudah. Para investor yang datang, menurut Irvan, membawa semangat bisnis dan menginginkan harga jual unit kios yang tinggi. Padahal, kondisi ekonomi para pedagang saat ini sudah sangat buruk. Banyak dari mereka mengalami penurunan drastis dalam pendapatannya, bahkan sebagian terpaksa menutup usahanya.

“Kami bertanya-tanya lagi investor-investor yang datang, karena penjualan memang sudah sangat menurun. Pasar tidak hidup seperti dulu,” katanya.

Pada bulan Februari 2023, Irvan dan sejumlah perwakilan pedagang sempat berkunjung ke rumah dinas Wakil Bupati Subang, Agus Masykur. Saat itu, Agus menyatakan pemerintah daerah belum siap untuk merevitalisasi pasar karena keterbatasan anggaran.

“Ada dua alasan yang disampaikan Kang Agus. Pertama, dana habis untuk penanganan Covid-19. Kedua, beban anggaran P3K yang seharusnya ditanggung oleh pemerintah provinsi, malah menjadi beban Pemkab Subang,” jelas Irvan.

Namun, keyakinan Irvan terhadap alasan itu mulai goyah setelah dirinya menyimak ulang video pernyataan Bupati Reynaldy yang diunggah pada 5 Mei 2025. Dalam video tersebut, Bupati menyebut bahwa kondisi keuangan Pemkab Subang mengalami intervensi anggaran yang amburadul, termasuk alokasi dana hibah yang mencapai Rp90 miliar.

“Saya putar ulang lagi videonya. Bapak menyebutkan dana hibah mencapai 90 miliar dan ini menjadi pertanyaan kami, kenapa saat kami datang dulu bilang tidak ada dana? Padahal ada dana puluhan miliar di rekening administrasi pemda,” ungkap Irvan penuh kecewa.

Irvan menyayangkan jika ternyata ada dana yang bisa dialokasikan namun tidak diprioritaskan untuk membangun kembali pasar yang menjadi jantung perekonomian masyarakat Pamanukan. Ia menilai hal ini sebagai bentuk ketidakberpihakan kepada pedagang kecil.

"Mohon maaf saya harus menyatakan ini. Ada dana puluhan miliar tapi tidak digunakan untuk membangun pasar yang sudah hancur ini. Seolah-olah pemda tidak berpihak pada kami," tegas Irvan.

Menurutnya, jika intervensi dana sudah dilakukan sejak awal, bukan tidak mungkin Pasar Pamanukan sudah bisa direvitalisasi sejak 2024 lalu dan tahun 2025 ini sudah bisa kembali berfungsi sebagai pusat aktivitas ekonomi.

“Kalau saja dana itu dialokasikan sejak 2023, pasar bisa dibangun 2024 dan sekarang 2025 sudah hidup kembali. Tapi kenyataannya, kami masih di sini, di antara puing-puing pasar yang terbakar,” imbuhnya.

Meski menyampaikan kritik, Irvan tetap memberikan apresiasi terhadap langkah awal Bupati Reynaldy yang mulai mengungkap kondisi anggaran Pemkab secara terbuka. Menurutnya, transparansi itu menjadi harapan baru bagi pedagang yang selama ini merasa ditinggalkan.

“Kami menghargai tindakan Pak Bupati. Mudah-mudahan Bapak bisa memprioritaskan revitalisasi Pasar Pamanukan sebagai program prioritas. Ada lebih dari 500 pedagang yang menggantungkan hidupnya dari pasar ini,” katanya.

Namun, Irvan juga mengingatkan bahwa harapan tanpa tindakan nyata akan kembali menjadi mengecewakan yang berkelanjutan. Ia menolak keras jika dana hibah justru dialokasikan kepada kelompok-kelompok tertentu yang berkaitan dengan tim sukses atau kepentingan politik.

“Saya tidak setuju jika dana hibah digunakan untuk mereka-mereka yang dekat secara politik, sementara kami yang berdagang di lapangan justru diabaikan,” tegas Irvan.

Kondisi terbaru di kawasan pertokoan PMK Pamanukan juga sangat memprihatinkan. Dari total 317 toko yang ada, hanya tersisa sekitar 25 pedagang yang masih bertahan. Sebagian besar toko tutup karena pembeli sepi dan tidak adanya aktivitas ekonomi yang mendukung.

Para pedagang melalui BMPP menegaskan bahwa revitalisasi pasar bukan lagi kebutuhan jangka panjang, melainkan kebutuhan darurat. Keberadaan pasar yang layak adalah satu-satunya jalan agar ekonomi mikro di Pamanukan kembali hidup.

Pasar Pamanukan selama ini dikenal sebagai salah satu pusat perdagangan tersibuk di wilayah utara Subang. Namun, sejak kebakaran hebat di awal tahun 2021, tekanan ekonomi pasar hampir padam. Tanpa intervensi serius dari pemerintah, para pedagang hanya bisa menunggu dan berharap, sementara kehidupan mereka terus terhimpit keterbatasan.

Adanya pemerintahan baru di bawah kepemimpinan Bupati Reynaldy dan Wakil Bupati Agus Masykur, pedagang berharap masa depan mereka bisa lebih diperhatikan.(hdi/ysp)

Terkini Lainnya

Lihat Semua