Kasus DBD Menurun, Cikungunya Meroket Capai 918 Kasus di Kabupaten Subang

NARASUMBER: Kadinkes Subang, dr. Maxi (kiri) menjadi narasumber dalam podcast Bincang-Bincang Pasundan mengenai kasus DBD dan Cikungunya. Cindy Desita/Pasundan Ekspres
SUBANG-Dinas Kesehatan Kabupaten Subang mencatat penurunan jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) pada semester pertama 2025 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, lonjakan drastis justru terjadi pada kasus chikungunya yang mencapai ratusan kali lipat dari tahun lalu.
Kepala Dinas Kesehatan Subang, dr. Maxi, mengungkapkan, sepanjang Januari–Juli 2025, tercatat 619 kasus DBD dengan enam korban meninggal dunia. Angka ini menurun dibandingkan tahun 2024 pada periode sama mencapai sekitar 1.000 orang.
“Head to head month to month memang menurun dibandingkan tahun lalu. Tapi 600 kasus bukan angka kecil, karena tetap saja menyebabkan masyarakat sakit, apalagi dengan adanya kematian. Satu nyawa pun sangat berarti,” ujar dr. Maxi, saat podcast dalam acara Bincang-Bincang Pasundan Ekspres pada Jumat (8/8/2025).
Sementara itu, kasus chikungunya justru melonjak tajam. Jika pada 2024 jumlahnya tidak sampai 10 kasus, tahun ini hingga akhir Juli sudah tercatat 918 kasus.
BACA JUGA: BONGKAR, BONGKAR, BONGKAR! Warung Tempat Prostitusi Bakal Dibongkar
Dari jumlah tersebut, Maxi menjelaskan, hasil uji laboratorium menunjukkan sekitar 52 orang terkonfirmasi positif chikungunya.
Menurutnya, peningkatan ini erat kaitannya dengan kondisi lingkungan dan cuaca. Chikungunya, seperti DBD, ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan sangat dipengaruhi musim hujan serta pancaroba.
“Penyakit yang disebabkan nyamuk ini sifatnya endemis, selalu ada sepanjang tahun. Namun saat musim penghujan dan pancaroba, populasi nyamuk meningkat karena banyak tempat yang menampung air,” jelasnya.
Dinkes Subang memprediksi potensi peningkatan kasus kembali terjadi pada Oktober–November 2025 seiring masuknya musim hujan.
BACA JUGA: Juara 3 Renang, Gibran Al Fikri Banggakan SDN Ciheuleut
Oleh karena itu, pihaknya mengimbau masyarakat untuk aktif melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara 3M plus menutup tempat penampungan air, mengurasnya secara rutin, dan memanfaatkan kembali barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.
“Kuncinya ada di kebersihan lingkungan. Sampah yang bisa menampung air hujan harus dibersihkan. Jangan tunggu kasus meningkat baru bergerak,” pungkas dr. Maxi.(cdp/ysp)