Learning by Doing: Mitigasi dan Adaptasi Kebencanaan

Oleh: Peristianika, S.Pd
(Guru Geografi MAN 1 Lampung Tengah/ Kepala Balai Sosial dan Kebencanaan Pendiks Geonusa)
Hidup di bawah bayangan ring of fire, berada di atas tiga lempeng tektonik besar dunia serta kondisi geografis yang menghadapi dinamika hidrometeorologis, memahami mitigasi bencana menjadi sangat esensi bagi penduduk di Indonesia. Sebagai salah satu cara mitigasi non struktural, pembelajaran tentang mitigasi bencana sudah terintegrasi dan diimplementasikan pada peserta didik bahkan sejak jenjang pendidikan usia dini. Salah satu tujuannya yaitu menanamkan jiwa tanggap bencana, sebagai upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi dampak dari kemungkinan bencana yang terjadi.
Dalam pembelajaran di tingkat menengah atas, geografi hadir mengambil peran penting lewat materi Mitigasi dan Adaptasi Kebencanaan di kelas XI (Sebelas). Materi ini dipelajari dengan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa serta kehadiran guru sebagai fasilitator sehingga tujuan pembelajaran yang ingin dicapai akan lebih mudah terwujud. Mengacu pada tingkat penyerapan pemahaman peserta didik yang paling maksimal berdasarkan cara belajar learning by doing, maka model ARKA (Aktifitas, Refleksi, Konseptualisasi, Aplikasi) sangat mungkin menjadi pilihan. Hal ini karena peserta didik akan lebih banyak mengingat, memahami bahkan mengaplikasikan kembali kegiatan yang pernah dilakukan secara langsung dibanding ketika hanya membaca materi dari berbagai referensi.
BACA JUGA: Pojokan 257: Hokiau
Langkah pertama yang dilakukan adalah peserta didik diminta melakukan aktifitas simulasi mitigasi bencana, sebagai contoh bencana gempa bumi, berdasarkan pengetahuan yang pernah mereka dapatkan sebelumnya. Aktifitas dilakukan secara berkelompok pada beberapa lokasi yang berbeda, antara lain di kelas, di lapangan, di kelas yang berada di lantai atas dan di tempat sempit seperti area lorong atau koridor bangunan. Setelah beberapa waktu, seluruh peserta didik kembali berkumpul ke kelasnya.
Di dalam kelas, peserta didik dari masing-masing kelompok akan merefleksikan simulasi apa yang mereka lakukan. Setiap kelompok tentu akan menyampaikan refleksi yang berbeda sesuai dengan lokasi dimana mereka berada saat simulasi mitigasi gempa bumi. Dengan kegitatan refleksi ini, peserta didik akan mengumpulkan informasi, menggali pengetahuan, gagasan dan pengalaman perasaan dari aktifitas yang dilakukan. Dalam kegiatan refleksi, guru mengarahkan siswa untuk menuliskan apa saja hal yang mereka dapatkan dan rasakan pada papan tulis, atau diketikkan dengan media yang ada dan ditayangkan dengan proyektor/Smart tv di depan kelas.
Setelah aktifitas dan refleksi yang dilakukan peserta didik, guru memberikan konseptualisasi dari materi Mitigasi dan Adaptasi kebencanaan. Dalam hal ini, guru akan mengkonfirmasi pengetahuan, ide/gagasan peserta didik yang sudah benar atau sesuai dengan konsep materi, meluruskan hal-hal yang masih kurang tepat, serta menambahkan konsep materi serta informasi yang belum tersampaikan dari apa yang ditemukan peserta didik. Dengan demikian, peserta didik semakin mantap dengan pengetahuan yang didapatkan dan merasa tervalidasi.
Berbekal aktifitas, refleksi dan konseptualisasi, peserta didik akan diarahkan untuk melakukan aplikasi dari materi Mitigasi dan Adaptasi Kebencanaan. Aplikasi yang dilakukan peserta didik adalah mengkomunikasikan upaya mitigasi bencana dengan membuat video simulasi mitigasi bencana. Video yang dibuat berlokasi di madrasah/sekolah, dengan beragam titik lokasi untuk memberikan informasi yang lengkap dan jelas. Dalam kegiatan aplikasi, guru hanya memberikan arahan, selebihnya memberikan keleluasaan ide dan kreatifitas peserta didik baik dalam pembuatan maupun editing videonya.
BACA JUGA: Hari Hutan Sedunia Tahun 2025
Kelebihan memilih menggunakan model ARKA (Aktifitas, Refleksi, Konseptualisasi, Aplikasi) pada materi Mitigasi dan Adaptasi Kebencanaan ini, bukan hanya terletak pada aktifitas pembelajaran langsung learning by doing yang mempermudah capaian pembelajaran pada elemen pemahaman konsep saja, melainkan pada elemen keterampilan proses juga yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengorganisasi informasi, menarik kesimpulan, mengomunikasikan, merefleksikan dan merencanakan projek lanjutan dengan penggunaan aplikasi digital, tabel, grafik, infografis atau video, bahkan mengomunikasikan dengan publikasi ke media yang tersedia.(*)