MEMAKNAI TAHUN BARU ISLAM

Adapun banyak pemaknaan dengan adanya tahun baru Islam bagi umat Islam itu sendiri, antara lain yaitu, mencerminkan semangat perjuangan tanpa putus asa. Tahun baru Islam dapat diartikan sebagai semangat perjuangan tanpa mengenal rasa putus asa, hal ini tercermin dari kisah Nabi Muhammad yang dengan berani melawan hal buruk dan memilih untuk berhijrah menuju hal yang lebih baik. Selain itu, tahun baru Islam digunakan sebagai ajang untuk introspeksi diri menuju kebaikan dan pengingat untuk senantiasa berakhlak mulia. Kemauan untuk berintrospeksi diri inilah yang nantinya akan membawa manfaat bagi kita dan seluruh alam semesta dengan menggunakan semangat damai yang penuh kasih sayang. Tentunya, akhlak yang mulia sangat berpengaruh untuk menciptakan kehidupan yang damai. Akhlak mulia akan menjadi pendorong agar selalu berbuat baik terhadap sesama dan hal kebaikan itulah yang akan dituai di kemudian hari.
Namun, kenyataannya dalam kehidupan sekarang makna Tahun Baru Islam menjadi sesuatu pelajaran yang seolah tertinggal, tertutupi oleh meriahnya perayaan Tahun Baru Masehi yang memang sudah tradisi untuk dirayakan secara meriah oleh seluruh manusia di dunia. Maka sudah sepantasnyalah seluruh umat muslim diseluruh penjuru dunia untuk memaknai Tahun Baru Islam untuk berbenah diri (muhasabah diri) sejauh mana bekal yang disiapkan untuk menghadapi kehidupan setelah kematian, selalu mencerminkan akhlak mulia, memiliki semangat baru untuk merancang kebaikan dan menjalani kehidupan kearah yang lebih baik. Keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia menciptakan banyak tradisi dari kalangan masyarakat dalam memeriahkan tahun baru Islam. Selama perayaan tahun baru Islam, umat Islam biasanya melaksanakan berbagai aktivitas keagamaan dan ibadah. Ini termasuk menghadiri khotbah khusus di masjid atau tempat ibadah, membaca Al-Qur’an, berdoa, berpuasa, dan melakukan amal kebaikan. Selain itu, beberapa komunitas muslim juga mengadakan acara-acara keagamaan dan kebudayaan, seperti ceramah, diskusi agama, serta pertunjukan seni dan budaya Islam. Adapun di kalangan pemuda, tahun baru Islam juga sering kali diisi dengan berbagai kegiatan kebudayaan dan seni yang menggambarkan nilai-nilai Islam. Pemuda muslim dapat berpartisipasi dalam pertunjukan seni, seperti musik, tarian, atau teater yang mengangkat tema agama dan kemanusiaan. Hal ini tidak hanya menjadi sarana untuk mengekspresikan kreativitas, tetapi juga sebagai wadah dalam menyampaikan pesan-pesan yang mendalam dan membangkitkan kesadaran tentang nilai-nilai agama di tengah masyarakat. Tahun baru Islam memiliki makna penting bagi pemuda muslim di Indonesia. Perayaan ini mendorong mereka untuk memperkuat identitas keislaman, meningkatkan pemahaman agama, melakukan introspeksi diri, terlibat dalam kegiatan keagamaan, serta memberikan kontribusi positif kepada masyarakat. Dengan demikian, tahun baru Islam menjadi waktu yang berarti bagi pemuda muslim Indonesia untuk memperkokoh iman, mengembangkan potensi diri, dan berkontribusi dalam membangun masyarakat. Adapun beberapa amalan yang dapat kita lakukan diantaranya adalah : (1) Memperbanyak Puasa Sunnah ; Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Sebaik-baik puasa setelah puasa Ramadhan adalah pada bulan Allah yang bernama Muharram". (HR. Muslim), (2) Menghidupkan Puasa 'Asyura dan Tasu'a (9-10 Muharram)
Rasulullah SAW bersabda: "Dan puasa di hari 'Asyura saya berharap kepada Allah agar dapat menghapuskan (dosa) setahun yang lalu." (HR Muslim). Nabi Muhammad SAW juga berpesan dengan hadits yang diriwayatkan Ibnu 'Abbas: "Berpuasalah kalian pada hari 'Asyura dan selisihilah orang-orang Yahudi. Berpuasalah sebelumnya atau berpuasalah setelahnya satu hari." (HR Ahmad, HR Al-Baihaqi). Adapun fadhillah melaksanakan puasa 'Asyura adalah menggugurkan dosa selama setahun lalu. Mengenai puasa Tasu'a (9 Muharram) dilakukan sehari sebelum puasa 'Asyura hukumnya pun sunnah. Dari Ibnu Abbas RA dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Apabila (usia)-ku sampai tahun depan, maka aku akan berpuasa pada hari kesembilan". (HR. Muslim), (3) Memperbanyak Sedekah ; Selain menghidupkan puasa sunnah, umat Islam juga dianjurkan memperbanyak sedekah. Sedekah pada bulan Muharram menurut Mazhab Maliki sangat dianjurkan. Sementara mahzab lainnya tidak memberikan penekanan khusus, namun tidak memberi larangan untuk mengamalkannya. Sebagaimana keutamaan Muharram di mana Allah melipatgandakan pahala setiap amal saleh, maka memperbanyak sedekah termasuk menyantuni anak yatim merupakan amalan yang disukai Allah. Allah SWT berfirman yang artinya:
"Perumpamaan orang-orang yang mendermakan (sodaqoh) harta bendanya di jalan Allah, seperti (orang yang menanam) sebutir biji yang menumbuhkan tujuh untai dan tiap-tiap untai terdapat seratus biji dan Allah melipat gandakan (balasan) kepada orang yang dikehendaki, dan Allah Maha Luas (anugrah-Nya) lagi Maha Mengetahui". (QS. Al-Baqarah: 261)
Dengan demikian, tanggal pelaksanaan puasa Tasua dan Asyura merujuk pada kalender Hijriah Kemenag RI, Puasa Tasua dilaksanakan pada 9 Muharram 1446 H/Senin, 15 Juli 2024 dan Puasa Asyura: 10 Muharram 1446 H/Selasa, 16 Juli 2024 atau 11 Muharram 1446 H/Rabu, 17 Juli 2024.
Sehingga Tahun Baru Islam dimaknai sebagai : (1) Pengingat kembali pada peristiwa hijrah sehingga meningkatkan kepercayaan kaum muslim akan kebenaran ideology dan aqidah yang dianut. Tidak memperdulikan segala macam gangguan yang bertujuan menggoda iman. Saat itu Rasulullah SAW. Sangat percaya akan kesuksesan hijrah, dakwah dan sampainya beliau di hadapan para sahabatnya di Madinah, meskipun beliau melalui ancaman dan kesulitan besar dalam perjalannya, (2) Mengenalkan kepada generasi muda akan moment kepahlawanan dari generasi muda sahabat dalam moment hijrah dan sejarah Islam periode dakwah Rasulullah SAW. Perjuangan Rasul dan para sahabatnya selama melakukan perjalanan itulah menjadi makna tahun baru hendaknya diresapi betul agar perjalanan penuh dengan pengorbanan itu sendiri menjadi pelajaran hidup bagi umat manusia, dan (3) Menegaskan kembali pentingnya menerapkan akhlak mulia dalam kehidupan yang bersumber dari Al Quran. Hijrah dari suka minum minuman keras ke arah meninggalkan minum alkohol, hijrah dari suka main judi kearah meninggalkan judi, hijrah dari suka menggunakan narkoba ke arah meninggalkan narkoba. Intinya meninggalkan kebiasaan melanggar larangan -Nya menjadi taat melaksanakan perintah Allah SWT.
Bagi kita umat Islam di Indonesia, sudah tidak relevan lagi berhijrah berbondong-bondong seperti hijrahnya rasul, mengingat kita sudah bertempat tinggal di negeri yang aman, di negeri yang dijamin kebebasannya untuk beragama, namun kita wajib untuk hijrah dalam makna “hijratun nafsiah” dan “hijratul amaliyah” yaitu perpindahan secara spiritual dan intelektual, perpindahan dari kekufuran kepada keimanan dengan meningkatkan semangat dan kesungguhan dalam beribadah, perpindahan dari kebodohan kepada peningkatan ilmu dengan mendatangi majelis-majelis ta’lim, perpindahan dari kemiskinan kepada kecukupan secara ekonomi dengan kerja keras dan tawakal. Pendek kata, niat yang kuat untuk menegakkan keadilan, kebenaran dan kesejahteraan umat sehingga terwujud “rahmatal lil alamin” adalah tugas suci bagi umat Islam, baik secara individual maupun secara kelompok. Tegaknya Islam di bumi nusantara ini sangat tergantung kepada ada tidaknya semangat hijrah tersebut dari umat Islam itu sendiri. Semoga dalam memasuki tahun baru Hijriah (1446 H) ini, semangat hijrah Rasulullah SAW, tetap mengilhami jiwa kita menuju kepada keadaan yang lebih baik dalam segala bidang: baik agamanya, baik kepribadiannya, baik moralnya, tinggi intelektualnya dan memberikan kemasalakatan umat. Semoga bermanfaat.