SUBANG DOELOE: KH Muhyidin Berjuang Ikut Pertahankan Kemerdekaan Indonesia

PEJUANG: Sosok Ulama Pejuang dari Kabupaten Subang sekaligus Pendiri Pondok Pesantren Pagelaran, KH Muhyidin.
SUBANG-Masyarakat Kabupaten subang tentu sudah tidak asing lagi dengan salah satu ulama fenomenal ini, siapa lagi kalau bukan KH Muhyidin.
Pemilik Pondok Pesantren Pagelaran ini lahir di Garut pada tahun 1878. Ia adalah kakek dari Mantan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.
Sosoknya juga dikenal sebagai ulama pejuang di tanah Sunda, khususnya di Kabupaten Jawa Barat.
Namun, dilansir dari situs resmi Pemerintah Provinsi Jawa Barat, informasi perjuangan Muhyidin bisa dikatakan tidak banyak. Ditambah lagi dirinya jarang bercerita mengenai masa perang kemerdekaan kepada anak dan cucunya. Akhirnya, kisah kepahlawanannya sulit ditelusuri.
BACA JUGA: Ratusan Kendaraan Kepergok Tak Bayar Pajak, Tiga Hari Terkumpul Rp45 Juta
“Perjuangan yang dilakukan KH Muhyidin adalalah bentuk keikhlasan dan tidak berharap penghargaan,” kata Banin Muhyidin, seorang kerabat Muhyidin dikutip dari jabarprov.go.id, Kamis, 12 Agustus 2021.
Meskipun demikian, menurut Sejarawan Subang sekaligus Dosen Pendidikan Sejarah Institut Pangeran Dharma Kusuma Anggi A. Junaedi mengatakan, KH Muhyidin terlibat dalam peristiwa revolusi lewat pesantren yan didirikannya, Pondok Pesantren Pagelaran.
Melalui pesantrennya, banyak santri yang kemudian ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pondok Pesantren Pagelaran I di Tanjung siang bahkan dijadikan markas Laskar Hizbullah atau Kaikyo Seinen Teishintai, mulai dari latihan mental, fisik, dan strategi perang.
“Ini berawal dari keikutsertaan KH Muhyiddin dalam pelatihan ulama yang diadakan Pemerintah Jepang. Latihan ini untuk memberikan ilmu kepada para ulama diluar ilmu keagamaan. Dari sini, K. H. Muhyiddin banyak berjumpa dgn tokoh agama lainnya sehingga koneksi diantara para ulama terjalin.Termasuk saat pendirian Hizbullah pada tahun 1944,” ucapnya.
BACA JUGA: Beli Rokok Ilegal di Subang Sangat Mudah, Padahal Dilarang Undang-undang
Berdasarkan naskah usulan calon pahlawan nasional, KH Muhyiddin masuk ke dalam Laskar Hizbullah. Kemungkinan beberapa santrinya pun ikut dalam keanggotaan.
Laskar Hizbullah mendapat pelatihan semi militer sehingga mereka siap tempur. Di masa revolusi, sekitar akhir 1945, K.H. Muhyiddin menjadikan Pesantren Pagelaran 1 sebagai pusat logistik dan pelatihan mental dan fisik.
“Ini sebagai langkah bersiap karena sekutu tiba ke Jakarta dengan memboncengi NICA. Prediksi para ulama dan tokoh nasional, mereka akan menjajah kembali dan ternyata prediksi tersebut benar. Apalagi ketika resolusi jihad diserukan KH Asyari, para ulama semakin sepakat membentuk front pertahanan di masing lokasi perjuangan, termasuk Subang Selatan,” ucapnya.
Subang menjadi incaran Belanda karena memiliki lapangan udara Kalijati sehingga pertempuran sering terjadi di Subang, termasuk Subang Selatan. Pasukan Belanda yang datang dari arah Bandung seringkali bertemu dan bertempur dengan pasukan KH Muhyiddin.
Namun, dalam perjuangan meraih kemerdekaan ini, ia sempat mendapatkan ujian. Salah seorang putranya, Kiai Edeng Abdurohim, gugur dalam peristiwa Bandung Lautan Api. Momen perjuangan itu terjadi pada masa revolusi, sekitar tahun 1946.(fsh/ysp)