Ekspor Keramik Plered Purwakarta Tertahan Imbas Tarif Impor Amerika 32 Persen

Ekspor Keramik Plered Purwakarta Tertahan Imbas Tarif Impor Amerika 32 Persen

TARIF IMPOR. Eksportir keramik asal Plered, Kabupaten Purwakarta, Jajang Junaedi (55) mengeluhkan kebijakan tarif impor yang membuat usahanya rugi ratusan juta rupiah, Kamis (10/7/2025). ADAM SUMARTO/PASUNDAN EKSPRES

PURWAKARTA-Para pelaku usaha keramik asal Plered, Kabupaten Purwakarta, menghadapi tekanan menyusul kebijakan pemerintah Amerika Serikat yang menetapkan tarif impor sebesar 32 persen terhadap produk asal Indonesia.

Kebijakan ini membuat ekspor keramik ke Amerika tertahan, bahkan menimbulkan potensi kerugian ratusan juta rupiah.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Keramik Plered, Mumun Maemunah mengatakan, saat ini terdapat lima kontainer keramik yang seharusnya sudah dikirim ke Amerika namun masih tertahan. 

"Produknya sebenarnya sudah layak ekspor, namun karena aturan baru dari Amerika, terutama soal pajak impor, pihak pembeli menunda pembayaran dan pengiriman," kata Mumun kepada wartawan, Kamis (10/7/2025).

BACA JUGA: Hasil Survei LSI Denny JA , 83,6 Persen Warga Purwakarta Puas dengan Kinerja Bupati Om Zein

Situasi ini, kata Mumun, membuat dua eksportir aktif di Plered belum bisa melanjutkan kegiatan ekspornya.

"Mereka masih menunggu kejelasan kebijakan dari pihak pembeli di Amerika, karena jika beban pajak ditanggung importir, maka akan berpengaruh ke harga jual dan harus dihitung ulang," ujarnya.

Salah satu eksportir, Jajang Junaedi (55) dari CV Gunung Cupu Karya Mandiri Abadi, menyebutkan bahwa tarif impor 32 persen dari AS sangat memberatkan. 

"Kami biasanya kirim satu kontainer 40 item per bulan ke Los Angeles Amerika. Sekarang sudah tertunda tiga bulan. Per kontainer itu nilai ekspornya sekitar Rp200 juta, jadi kami sudah rugi sekitar Rp600 juta," ucap Jajang.

BACA JUGA: 94 Laki-laki Penyuka Sesama Jenis di Subang Terkena HIV, Komisi IV DPRD: Ini Adalah Alarm

Menurutnya, beban pajak yang begitu tinggi tidak masuk akal. Harga barang malah lebih murah dibanding pajaknya. "Ini tidak mungkin kami tanggung, dan kalau dipaksakan menurunkan harga, itu akan sangat merugikan," katanya. 

Jajang juga menyebutkan, bahan baku seperti cat yang digunakan sebagian diimpor, sehingga biaya produksi tidak bisa ditekan terlalu rendah.

Meskipun ekspor ke Amerika saat ini terhenti, para pengrajin keramik Plered tidak sepenuhnya bergantung pada pasar ekspor.

Pasar lokal, terutama Bali dan beberapa wilayah lain di Indonesia, tetap menjadi tujuan utama pengiriman produk keramik, khususnya untuk jenis keramik tradisional dan interior.

Akan tetapi, ekspor tetap menjadi andalan bagi beberapa pelaku usaha. Untuk itu, para eksportir berharap adanya diplomasi perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat guna meredakan tekanan tarif ini.

"Kalau tidak ada perubahan signifikan, kami akan coba alihkan ekspor ke negara-negara Asia seperti Korea. Tapi volumenya tentu lebih kecil dibanding Amerika," ujar Jajang.

Ia juga menyebut ketimpangan daya saing dengan negara lain seperti Tiongkok dan Thailand yang sudah menggunakan sistem pabrikasi dan teknologi tinggi, sementara keramik Plered masih dikerjakan secara handmade.

"Kalau ingin bersaing, kami butuh dukungan nyata dari pemerintah, baik dari sisi subsidi maupun penguatan teknologi produksi," ucapnya.(add)


Berita Terkini