Subang Sempat Memiliki Alat Transportasi Lori Pada Masa Kolonial

Subang Sempat Memiliki Alat Transportasi Lori Pada Masa Kolonial

NILAI SEJARAH: Jembatan Lori atau sekarang dikenal dengan sebutan Jembatan Pelangi ditetapkan sebagai Situs Sejarah sejak 29 Desember 2021.

SUBANG-Dulu pada zaman era kolonial, di Subang terdapat transportasi bernama Lori. Lori merupakan kendaraan yang menggunakan rel seperti kereta dengan ukuran yang lebih kecil. 

Dosen Pendidikan Sejarah Institut Pangeran Dharma Kusuma Anggi A. Junaedi mengatakan, Lori biasa digunakan sebagai alat pengangkut hasil perkebunan di masa penjajahan Belanda. 

"Pada masa tuan tanah Anglo-Dutch Plantation Ltd yang mengambil alih kekuasaan atas tanah Subang dari Pamanoekan en Tjiasemlanden pada 1910, terdapat peningkatan sarana transportasi untuk keperluan perkebunan semakin gencar," ucapnya kepada Pasundan Ekspres, Minggu (6/7/2025). 

Semenjak saat itu, jalur Lori di Subang telah dibangun sampai dengan puluhan kilometer pada 1918. Jalur-jalur tersebut dibangun disamping jalan raya. 

BACA JUGA: Keren! Rizma Tour Berikan Hadiah Umroh bagi Agen Berprestasi

Jalur lori tersebut terdapat di beberapa titik, seperti di pusat kota di atelir atau sebelah selatan alun-alun sampai dengan Pamanukan, di Purwadadi hingga Pamanukan, dan ada juga jalur yang menghubungkan perkebunan di Pringkasap dengan jalur kereta di Pabuaran. 

Pembangunan besar-besaran terhadap jalur lori di Subang ini terjadi bersamaan dengan dibangunnya beberapa perkebunan di wilayah tengah hingga utara. 

"Sampai dengan 1944, wilayah ini sudah memiliki jalur lori yang menghubungkan berbagai daerah perkebunan. Salah satunya adalah perkebunan di wilayah Sumur Barang dan Cipunagara,” ucapnya. 

Untuk itu dibangunlah jalur Lori yang menghubungkan perkebunan Sumur Barang ke Stasiun Cipunagara yang dibuat melalui Sungai Cilamatan. 

BACA JUGA: BBPMP Jabar Gelar Penguatan Kapasitas Dinas Pendidikan Dalam Rangka Pelaksanaan Wajib Belajar 13 Tahun, Disdikbud Subang Jadi Percontohan

Dari sana tercipta jembatan lori di daerah Cigarukgak di atas sungai Cilamatan, yang kini menghubungkan Desa Sidajaya dan Desa Tanjung. 

"Jembatan itu menjadi jalur tercepat sekaligus termurah untuk mengangkut hasil bumi dari perkebunan di Sumur Barang ke Stasiun Cipunagara dan berakhir di Pelabuhan Pamanukan," ucapnya. 

Namun sayang, jembatan itu kini menjadi satu-satunya sistem transportasi lori di Subang yang masih bisa kita lihat sekarang. 

"Pengangkatan rel lori secara besar-besaran oleh perusahaan dan masyarakat umum membuat Subang kehilangan bukti historis bahwa sarana transportasi lori pernah hidup di Subang,” ucapnya. 

Jembatan tersebut masih beroperasi setidak-tidaknya sampai dengan nasionalisasi perkebunan pada 1964. Setelah itu, sistem perkebunan mulai terganggu akibat dari pengelolaan yang kurang maksimal dari para pemimpin perkebunan yang baru. 

Seiring dengan berjalannya waktu, jembatan tersebut kemudian diperkeras dengan melakukan betonisasi. Fungsinya kemudian berubah dari yang semula hanya digunakan sebagai jalur lori menjadi jalur serba bisa. 

Berbagai kendaraan kemudian dapat melewati jembatan tersebut. Mulai dari sepeda, kendaraan roda dua dan roda empat dengan berbagai ukuran dapat melewatinya.(fsh/ysp) 


Berita Terkini