Berjuang Sejak Dini, Lukman Bocah Kelas 6 SD Penjual Jagung dari Kasomalang

Lukman seorang Bocah SD kelas 6 sedang menjajakan jualannya di Kasomalang.(Hadi Martadinata/Pasundan Ekspres)
SUBANG–Di tengah kehidupan modern, masih banyak kisah inspiratif yang menyentuh hati. Salah satunya datang dari pelosok Subang Selatan, tepatnya dari Desa Sindangsari, Kecamatan Kasomalang.
Seorang bocah berusia 12 tahun, Lukman, menjadi gambaran nyata semangat pantang menyerah dan dedikasi seorang anak terhadap keluarganya.
Meski usianya masih sangat belia, Lukman telah memikul tanggung jawab besar sebagai tulang punggung keluarga dengan berjualan jagung sepulang sekolah.
Lukman saat ini duduk di bangku kelas 6 Sekolah Dasar. Ia merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Ayah dan ibunya masih lengkap, namun kondisi ekonomi keluarga jauh dari kata berkecukupan.
BACA JUGA: BPS Subang Gelar FGD, Ikhtiar Tingkatkan Layanan Publik
Kedua orang tuanya hanya bekerja sebagai buruh cangkul, dengan penghasilan tidak menentu. Kondisi ini membuat Lukman tergerak untuk membantu orang tuanya menghidupi keluarga.
Setiap hari, setelah menyelesaikan kewajiban belajar di sekolah, Lukman tidak pulang untuk bermain seperti anak-anak lainnya. Ia justru langsung menuju tempat pengepul jagung, tempat ia biasa mengambil dagangan untuk dijajakan.
Tanpa lelah, bocah ini membawa jagung-jagung tersebut dan memulai perjalanannya sebagai pedagang kecil.
Yang membuat kisah Lukman begitu luar biasa adalah semangat dan jangkauan jualannya. Tidak hanya berjualan di sekitar rumah, Lukman bahkan rela berjualan jauh ke daerah-daerah lain seperti Lembang, Ciater, dan beberapa desa di wilayah Subang selatan.
BACA JUGA: Situ Sukamelang di Pusat Kota Subang yang Tak Terawat, Padahal Potensial Jadi Wisata Alam
Dengan langkah kaki kecilnya, ia menjajakan jagung ke berbagai tempat, berharap dagangannya laris manis dan ia bisa membawa pulang uang untuk membantu keluarganya.
“Kalau habis pulang sekolah langsung ambil jagung ke bos, terus langsung dijual. Kadang ke Lembang, kadang ke Ciater, atau ke desa-desa lain,” ujar Lukman dengan nada polos namun penuh semangat pada Selasa (20/5/2025).
Setiap hari, Lukman bisa mendapatkan penghasilan sekitar Rp40.000 hingga Rp50.000 dari hasil berjualan jagung. Uang itu langsung ia berikan kepada ibunya untuk keperluan dapur dan adik-adiknya, sementara sisanya ia simpan untuk keperluan pribadi dan kebutuhan mendesak lainnya.
Semangat Lukman tak hanya menggugah hati masyarakat sekitar, tetapi juga menunjukkan bagaimana anak-anak di pelosok negeri ini mampu tumbuh menjadi sosok yang bertanggung jawab di tengah keterbatasan.
Di usianya yang masih sangat muda, ia tidak hanya memikirkan kesenangan pribadi, tetapi sudah mengerti arti pengorbanan dan perjuangan.
Warga sekitar mengenal Lukman sebagai anak yang sopan, rajin, dan penuh tanggung jawab. Ia tidak pernah mengeluh tentang kehidupannya, meski jelas terlihat betapa berat beban yang ia pikul.
Bahkan, beberapa warga mengaku sering melihat Lukman berjalan kaki pulang malam hari karena harus menempuh jarak yang cukup jauh demi menjual jagungnya sampai habis.
“Lukman itu anaknya baik, suka senyum. Sering saya lihat dia jalan sendiri malam-malam, bawa sisa jagung dagangannya. Saya suka kasihan, tapi juga bangga lihat anak sekecil itu sudah mikir masa depan keluarga,” kata seorang warga Desa Sindangsari.