Titim Fatimah Maestro Pesinden Nasional, Diabadikan Jadi Nama SD dan Jalan di Jalancagak Subang

SINDEN: Sosok Titim Fatimah saat menyinden sekitar tahun 1960-1970.
SUBANG-Beberapa warga Subang saat ini mungkin ada yang tahu atau tidak tahu dengan sosok dari Titim Fatimah yang namanya diabadikan di sebuah SD di Jalancagak, SDN Titim Fatimah.
Lantas siapakah sosok Titim Fatimah, Pemerhati Sejarah sekaligus Anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Subang, Beni Rudiono mengatakan bahawa sosok tersebut adalah seorang seniman dan Sinden Sunda terkemuka pada era 1960-1970an. "Beliau adalah maestro pesinden nasional asal Jalancagak yang sangat dikagumi oleh Bung Karno," ucapnya.
Berdasarkan Ensiklopedi Sunda susunan Ajip Rosidi dkk (Pustaka Jaya, Bandung, 2000) memuat entri Titim Fatimah. Disebutkan bahwa nama aslinya adalah Siti Fatimah, kelahiran Deli, Sumatra Utara, 1936.
Ayah Titim, Damri Sumarta, yang berasal dari Jalancagak, Subang, adalah pegawai di sebuah perkebunan di Deli, itulah sebabnya kelahiran dan masa kecil Titim dilewatkan di sana hingga sampai usia sekolah.
Pasundan Ekspres pun berkunjung ke Museum Subang untuk memperokeh informasi lebih banyak tetang sosok tersebut.
Menurut informasi di sana, setelah Titim tinggal di Subang, ia mengenal lebih dekat dengan kesenian-kesenian Subang termasuk Kliningan. Melalui pertunjukan-pertunjukan Kliningan yang selalu ditontonnya secara tidak langsung Titim belajar ngawih.
Dengan iringan kecapi ayahnya, tiap sore Titim belajar ngawih. Keuletannya berlatih mengantarkan Titim menjadi juara lomba ngawih di sekolahnya.
Pesinden yang menjadi idolanya saat itu adalah Upit Sarimanah. Kekagumannya terhadap Upit Sarimanah, menjadi motivasi untuk terus menekuni dunia Kliningan.
BACA JUGA: Soal Kebijakan 50 Siswa dalam Satu Kelas, Kualitas Pendidikan Terancam Menurun
Keinginan untuk berkenalan dengan Upit Sarimanah terlaksanan ketika ia tinggal di Garut tahun 1952. Saat itu Upit bersama rombongan RRI Jakarta yang dipimpin oleh Tuteng Johari mengadakan pementasan di sana.
Didorong oleh tekadnya yang kuat, Titim terus terang kepada Tuteng Johari bahwa ia ingin belajar ngawih bersama Upit. Tuteng mulai memacu dan memberi semangat kepada Titim untuk menyaingi Upit yang waktu itu telah menjadi pesinden terkenal.
Suara Titim ternyata digemari orang. Berbeda dengan gaya Upit, gaya Titim lebih merakyat. Keduanya menjadi sinden yang sangat popular dan sangat laku.
Kalau meraka naik pentas, ribuan orang datang menonton sehingga membuat lalu lintas macet, honorariumnya pun di atas biduan Titik Puspa.
Titim Fatimah dengan rombongan tak henti-hentinya memenuhi undangan pentas, baik di kota-kota maupun di pelosok. Suaranya pun mengiringi piringan-piringan hitam. Lagu yang menjadi andalan dan memperkokoh namanya adalah Cahaya Sumirat.
Kehadirannya bahkan sampai mencuri perhatian presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno. Soekarno bahkan kerap kali mengundangnya ke Istana untuk nyinden di depan tamu negara.
Di masa pensiunnya ia sempat membangun Sekolah Dasar (SD) di Jalancagak, yang dinamai SD Titim Fatimah yang disumbangkannya kepada Pemerintah.
Dengan banyak hal yang ditorehkannya, Pemerhati Sejarah, Beni Rudiono mengatakan nama Titim Fatimah saat ini menjadi nama salah satu jalan di Jalancagak. "Beliau menjadi salah satu kebanggaan Subang. Oleh karena itu sebagai penghargaannya, saya bersama Camat Jalancagak saat itu, Pak Nana telah mengabadikan nama beliau sebagai nama jalan," ucapnya.