Pojokan 262: Wabah Roro

Kang Marbawi.
Dan jika lima triliuner teratas tersebut ingin menghabiskan kekayaannya (dengan catatan tanpa menambah pundi-pundi kekayaannya dan ini mustahil, mereka pasti menambahkan kekayaan), lima triliuner teratas di Indonesia tersebut, butuh 630 tahun untuk menghabiskannya dengan pengeluaran harian Rp2 miliar. Mantap sekali, jika dibandingkan pengeluaran rakyat jelata yang kurang dari Rp21 ribu. Itu kata BPS (Badan Pusat Statistik) loh. Timpang, bak bumi dan langit!!!
Jika membaca laporan Celios tersebut, mata kita akan dibuat tercengang dengan mulut menganga. Tak percaya, begitu besar kekayaan sumber daya alam dan ekonomi kita dikuasai oleh hanya 50 orang terkaya tadi. Bahkan pembaca pun bisa mengetahui siapa saja diantara minimal 25 orang terkaya di Indonesia tersebut. Yang pasti tidak ada nama Prabowo.
Kita tak tahu, bagaimana para triliuner tersebut tetap bisa menaikkan pundi-pundi kesejahteraannya. Pun kita tak tahu apakah mereka peduli dengan kesejahteraan rakyat. Sepertinya kesejahteraan dan kekayaan sendiri itu lebih penting! Toh kekayaan yang diperoleh bukan dengan jalan melanggar hukum. Dan kita tak tahu, agar tak melanggar, hukumnya harus disesuaikan dengan kepentingan investasi mereka.
Pantas Geng Roro mewabah. Karena hanya dengan jalan-jalan di mal, rakyat jelata bisa menikmati sedikit dari glamornya kekayaan para triliuner. Sebab para triliuner tersebut juga punya mal-mal. Jadi tak apalah berrekreasi di mal yang berpendingin dan gratis wifi. Bonusnya bisa selfi dan ngonten. (Kang Marbawi, 280725)