Nurdin Petani Muda Asal Subang Tinggalkan Hingar Bingar Kota, Memilih Asyik Bersahabat dengan Buah Timun

Nurdin Petani Muda Asal Subang Tinggalkan Hingar Bingar Kota, Memilih Asyik Bersahabat dengan Buah Timun

BERTANI: Nurdin saat merawat timun di Kampung Tenjolaya, Desa Sukamelang, Kecamatan Kasomalang, Subang pada Minggu (27/7/2025). Ijang Samsu Rijal/Pasundan Ekspres

Nurdin mundur dari hingar bingar kota dan memilih menyepi di antara rimbunan pohon timun. Menjadi petani adalah pilihan hidupnya.

Nurdin terbiasa dengan suasana pagi yang syahdu, cuaca lembab dan hanya suara angin. Tempat itu terlihat menenangkan lantaran lokasinya yang menjorok dari jalan utama, sekitar 7 km dari jalan raya Kasomalang.

Sebuah kebun berdiam di sana, tempat tumbuhnya sederet pohon timun yang mulai merambat naik dengan batang tanaman membesar. Satu dua pohon mulai tumbuh, sebagian lagi sudah dipanen beberapa waktu lalu.

Nurdin tampak berkomunikasi dengan tanamannya. Memotong daun yang sudah menguning dan memanjang, hingga memastikan asupan gizi dan nutrisi bagi tanaman.

BACA JUGA: Festival 7 Sungai ke-10 di Subang: Kampanye Pelestarian Lingkungan dan Budaya Lokal

"Perawatan timun ini cukup mudah dibanding dengan tanaman sayur yang lain, dalam satu periode tanam ini bisa 12 kali panen itupun bisa lebih kalo perawatannya lebih bagus" kata nurdin di kebunnya, Kampung Tenjolaya, Desa Sukamelang, Kabupaten Subang, Minggu (27/7/2025).

Sebelumnya, Nurdin merupakan karyawan kontrak pada sebuah pabrik di kawasan Tangerang. Tiap hari dia bertarung dengan hiruk pikuk kota Tangerang selama lebih dari 5 tahun. Hingga akhirnya dia memilih hengkang dan banting stir menjadi petani.

Ia masih membutuhkan waktu 2 hingga 3 bulan untuk menenangkan diri, berdamai dengan masa lalu sebelum mantap dengan pilihan barunya.  

"Saya dari keluarga petani dengan potensi yang ada di desa. Pertanian adalah bisnis masa depan. Ada 3 bisnis masa depan yakni energi, teknologi dan pangan," ucap Nurdin memberi alasan atas pilihannya.

BACA JUGA: 5 Pusat Oleh-oleh Subang yang Cukup Terkenal dan Mudah Dijangkau di Pusat Kota

Ia merogoh kocek sekitar Rp 5 juta untuk modal awal. Dia gunakan untuk pengolahan lahan, membeli pupuk,obat-obatan,bibit dan alat pendukung lain.

"Tantangan terbesar adalah harga pasar yang tidak menentu, harga pupuk dan obat-obatan yang terus naik. Saya berharap harga sayur di pasar tetap stabil," tambah Nurdin.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada sekitar 28,19 juta petani di Indonesia pada 2023 dengan rentang usia terbanyak usia 40 hingga 45 tahun. Jumlah tersebut mengalami kemerosotan sekitar 7,42 persen dari 2013 yang jumlahnya masih pada kisaran 31,70 juta petani.

Bagi sebagian orang, menjadi petani dipandang sebelah mata. Namun bagi Nurdin, menekuni bisnis pertanian merupakan aktivitas menyenangkan dan menantang. Hanya manusia pilihan yang mempunyai nyali, keberanian, kesabaran dan tak mudah patah arang yang sanggup melakoni. Merekalah manusia-manusia hebat sesungguhnya

"Ke depan harapannya semakin banyak anak muda yang mau terjun ke dunia pertanian karena pertanian ini sangat menjanjikan, ketika manusia masih butuh makan pertanian ini akan terus dibutuhkan," pungkas nurdin.(ijl/ysp)


Berita Terkini