100 Hari Om Zein dan Abang Ijo, Kinerja Menggigit dan Beri Harapan

Bupati dan Wakil Bupati Purwakarta, Saepul Bahri Binzein dan Abang Ijo Hapidin. ADAM SUMARTO/PASUNDAN EKSPRES
PURWAKARTA-Seratus hari kepemimpinan pasangan Bupati dan Wakil Bupati Purwakarta, Saepul Bahri Binzein atau Om Zein bersama Abang Ijo Hapidin, menjadi sorotan publik.
Sejumlah program mulai dirasakan masyarakat, namun evaluasi tetap diperlukan demi memastikan keberlanjutan arah pembangunan.
Tagline kampanye yang kini menjadi arah kebijakan, yakni “Jalan Mulus, Imah Alus, dan Rakyat Kaurus”, dinilai telah diimplementasikan meskipun belum sepenuhnya menyentuh akar permasalahan.
Om Zein juga memperkuat identitas kepemimpinannya lewat jargon “Ngosrek: Ngored, Bebersih, Berseka” sebagai simbol kerja nyata.
BACA JUGA: Jadwal Lengkap Jepang vs Indonesia: Tanggal, Jam Tanding, dan Siaran Langsung
Dalam pantauan di lapangan, program “Imah Alus” misalnya, sudah menyentuh sejumlah wilayah, dan salah satunya adalah rumah Bah Sangkin yang berada di Kelurahan Nagri Kaler, Kecamatan/Kabupaten Purwakarta.
Di sisi lain, perbaikan jalan terus diupayakan meski beberapa masih bersifat sementara, seperti yang terlihat di kawasan Maracang.
Program “Rakyat Kaurus” menjadi perhatian penting karena menyangkut tiga sektor vital, yaitu pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
Pemerintah daerah mulai menata sistem dan kebijakan di sektor-sektor ini, walaupun belum sepenuhnya terkoordinasi dalam sebuah kerangka besar yang terintegrasi.
Menurut pengamat kebijakan publik dari STAI KH EZ Muttaqien Purwakarta, Srie Muldrianto, sejauh ini performa 100 hari Bupati Om Zein sudah cukup “menggigit” dan memberi harapan akan terwujudnya Purwakarta Istimewa yang berkelanjutan.
Akan tetapi, kata dia, ada catatan penting yang harus diperhatikan. Program jalan dan rumah memang sudah berjalan, tapi langkah strategis belum terdengar nyaring.
"Visi jangka panjang lima tahun ke depan belum tampak jelas arah ideologisnya,” kata Srie Muldrianto kepada wartawan, belum lama ini.
Srie menyoroti perlunya keberlanjutan ideologi pembangunan berbasis budaya seperti yang pernah diusung oleh KDM (Kang Dedi Mulyadi), yang dikenal melalui pendekatan kultural Sunda dan konsep Tatanen di Bale Atikan (TdBA).
Menurutnya, TdBA menempatkan krisis spiritualitas, ekologi, dan sosial sebagai basis gerak pembangunan.
“Untungnya Om Zein menyatakan diri sebagai kelanjutan KDM. Ini tinggal diperkuat dan dikonkretkan ke dalam kebijakan strategis,” ujar Srie.
Tak hanya dari sisi eksekutif, kritik juga dialamatkan kepada wakil bupati dan lembaga legislatif daerah yang dinilai kurang menunjukkan peran signifikan dalam 100 hari terakhir.
“Justru kritik lebih tajam datang dari DPR RI, sementara DPRD Purwakarta nyaris tak bersuara. Padahal dinamika politik diperlukan agar tercipta check and balance,” ucap Srie.