Mengibarkan Asa Lewat Jualan Bendera, Fariz Bertahan di Karawang

Mengibarkan Asa Lewat Jualan Bendera, Fariz Bertahan di Karawang

PEJUANG RUPIAH: Fariz (20), seorang pemuda asal Garut, udah dua tahun menetap di Karawang demi berdagang bendera.

KARAWANG-Di tengah hiruk pikuk lalu lintas jalanan Karawang menjelang peringatan HUT RI ke-80, bendera merah putih berjajar rapi di pinggir jalan. Di balik deretan bendera itu, berdiri Fariz (20), seorang pemuda asal Garut yang telah dua tahun terakhir menetap di Karawang demi berdagang bendera.

Fariz adalah lulusan SMA yang mencoba peruntungan sebagai pedagang musiman. Ia mengaku sempat mencari pekerjaan lain, namun terbentur banyaknya persyaratan yang tidak dapat ia penuhi. 

"Susah cari kerja sekarang. Banyak syarat-syarat yang belum bisa saya lengkapi. Jadi ya sudah, saya bantu jualan bendera saja," ujarnya.

Bendera yang ia jual merupakan hasil produksi pamannya. Fariz hanya bertugas menjual, sementara pamannya bertanggung jawab atas produksi dan pengiriman barang. Harga bendera yang ia tawarkan bervariasi, mulai dari Rp45 ribu untuk ukuran kecil hingga Rp400 ribu untuk bendera berukuran besar. "Alhamdulillah kalau ada yang beli, bisa buat makan sehari-hari," tuturnya.

BACA JUGA: Pasar Desa Tingkatkan Ekonomi Rakyat, DPMD Karawang Dorong Pemdes Tingkatkan Pengelolaan

Meski menjelang Hari Kemerdekaan biasanya identik dengan lonjakan pembeli, Fariz mengatakan tidak setiap hari lapaknya ramai pengunjung. 

“Kadang ramai, kadang sepi juga. Enggak tentu,” katanya sambil menata ulang bendera yang tertiup angin.

Di tengah tren budaya pop yang semakin masif, belakangan muncul isu banyak warga mencari bendera bergambar tokoh anime seperti One Piece. Namun, Fariz mengaku tren tersebut belum terasa di tempatnya berjualan. 

“Saya belum pernah dapet yang nyari bendera One Piece. Di sini juga jarang yang jual bendera kayak gitu,” ucapnya.

BACA JUGA: Imigrasi Gandeng Kantor Pos Karawang dan Bentuk Desa Binaan

Meski menjalani hidup yang serba pas-pasan, Fariz tetap mensyukuri setiap rupiah yang ia dapat. Di tengah keterbatasan dan kerasnya persaingan, ia terus menggantungkan harapannya pada tiang-tiang bendera yang ia pasang sendiri setiap pagi. “Selama masih ada yang beli, ya saya tetap jualan”. Katanya, menatap biru langit diatas kain merah putih yang berkibar perlahan.(auf/kbe/ery) 


Berita Terkini