Pergerakan Tanah di Purwakarta Didominasi Interaksi antara Kondisi Tanah dan Intensitas Hujan, Hasil Kajian Badan Geologi

Pergerakan Tanah di Purwakarta Didominasi Interaksi antara Kondisi Tanah dan Intensitas Hujan, Hasil Kajian Badan Geologi

Badan Geologi mencatat fenomena pergerakan tanah di wilayah Desa Pasirmunjul, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta sebagai akibat dari kombinasi kondisi tanah yang labil dan curah hujan tinggi yang terus-menerus. (Adam Sumarto/Pasundan Ekspres)

PURWAKARTA-Pergerakan tanah masih terjadi di wilayah Desa Pasirmunjul, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta. 

Badan Geologi mencatat fenomena ini sebagai akibat dari kombinasi kondisi tanah yang labil dan curah hujan tinggi yang terus-menerus mengguyur kawasan tersebut.

“Secara umum, penyebab gerakan tanah didominasi oleh interaksi antara kondisi geologi dan intensitas hujan yang tinggi,” kata Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, dalam laporan resmi yang diterima, Selasa (24/6).

Menurut kajian terbaru, ia mengatakan, jenis pergerakan tanah yang terjadi di sana termasuk dalam kategori longsoran nendatan dengan bidang gelincir melengkung (rotational slide). 

BACA JUGA: Polisi Ungkap Kronologi Mobil Tabrak Orang di Rumah Sakit PMC Pamanukan

Meskipun pergerakan awalnya lambat, dirinya menyebutkan, peristiwa ini diprediksi akan terus berulang dan dapat berkembang lebih cepat, khususnya menuju arah barat daya dan timur laut.

Wafid mengatakan, lokasi bencana berada di kawasan perbukitan dengan lereng curam dan vegetasi yang kurang mendukung kestabilan tanah. 

Lebih lanjut, kata dia, batuan penyusun wilayah ini didominasi endapan vulkanik tua yang bersifat poros dan mudah lepas, yang menumpang di atas lapisan batuan serpih atau lempung yang kedap air dan plastis jika jenuh air.

“Adanya lahan basah seperti kolam memperparah kondisi, karena air hujan bisa meresap sampai ke zona kontak batuan, memicu pergerakan tanah,” ujar Wafid.

BACA JUGA: Turnamen Bola Voli HUT Bhayangkara di Purwakarta Resmi Dibuka

Wahid mengatakan, pergerakan tanah di wilayah ini bukan hal baru. "Sejak 2007, bencana serupa telah berulang kali terjadi, dengan kejadian terbaru tercatat pada 19 Mei 2025 dan diikuti oleh longsor susulan dalam beberapa pekan terakhir," ucapnya.

Kondisi ini kian mengkhawatirkan mengingat jarak titik longsoran hanya sekitar 600 meter dari Tol Cipularang, jalur vital yang menghubungkan Jakarta-Bandung. 

Akan tetapi, Wafid memastikan bahwa Tol Cipularang masih dalam kondisi aman karena berada di sisi yang relatif stabil.

Berdasarkan kajian zonasi, dirinya mengatakan, lokasi ini diklasifikasikan sebagai zona kerentanan gerakan tanah menengah hingga tinggi. 

Oleh karena itu, Badan Geologi menyarankan agar wilayah ini tidak digunakan untuk pemukiman.

Sebagai alternatif, kata Wafid, kawasan tersebut direkomendasikan menjadi lahan hijau seperti hutan, kebun, atau pertanian kering. Kolam atau lahan basah sebaiknya dihindari karena dapat menyebabkan kejenuhan air yang memicu longsor.

Aktivitas pertanian saat hujan lebat dan pembangunan pondok istirahat di area kaki longsoran juga harus dihentikan.

Pemerintah setempat diminta melakukan pembatasan kendaraan berat yang melintas di jalan desa yang rawan longsor serta merancang jalur alternatif demi keselamatan warga.


Berita Terkini