Petani Darmaga di Subang Bergerak Lawan Wereng, Demi Swasembada Pangan

Petani Darmaga di Subang Bergerak Lawan Wereng, Demi Swasembada Pangan

Penyuluh petani BPP Cisalak bersama para petani saat mempraktikkan Gerdal di Sawah Desa Darmaga, Kamis, (24/7/2025).(Hadi Martadinata/Pasundan Ekspres)

SUBANG-Mentari belum tinggi, namun geliat di hamparan sawah Desa Darmaga, Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang, sudah terasa hangatnya.

Suara sayup dari pengeras suara masjid di Kampung Cipameteng memecah keheningan pagi, mengajak petani hadir dalam sebuah gerakan penting, Gerdal alias Gerakan Pengendalian Wereng Batang Coklat (WBC) dengan Agen Pengendali Hayati (APH) Metarizep.

Tak hanya sekadar berkumpul, pagi itu menjadi penanda bahwa petani di Desa Darmaga siap bergerak bersama melindungi sawah-sawah mereka dari serangan hama, demi satu tujuan besar: ketahanan pangan dan swasembada nasional.

Tampak hadir dalam kegiatan tersebut Kepala UPTD Pengelolaan Pertanian, Mamat Rahmat, SP; Subag TU, jajaran Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dari BPP Cisalak, perangkat desa, kepala dusun, serta puluhan petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Tunas Mekar. 

BACA JUGA: Masih Ada Waktu 4 Hari Lagi, Pendaftar Calon Komisaris dan Direksi PT Subang Sejahtera Baru 16 Orang

Tak ketinggalan, dua tokoh penting dari lini depan pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), yakni Ibu Elis dan Ibu Diah, penyuluh POPT, turut memberikan penyuluhan mendalam.

Acara dibuka dengan hangat oleh Kurniatin Nia, SP penyuluh pertanian yang sudah lebih dari 15 tahun membina petani Desa Darmaga.

Di mata para petani, Ibu Nia sapaan akrabnya, bukan sekadar pembina teknis pertanian, melainkan sudah seperti saudara sendiri yang mengerti seluk-beluk tanah yang mereka pijak.

"Gerakan pengendalian seperti ini harus rutin dilakukan. Ini bukan cuma soal menyemprot sawah, ini soal masa depan panen kita," ucap Ibu Nia dengan nada tegas namun penuh empati di depan para petani, Kamis (24/7/2025). 

BACA JUGA: Rekomendasi Penginapan di Ciater Subang, It's Time to Vacation!

Sebelum penyemprotan massal dilakukan, para petani diberikan pembekalan penting. Ibu Elis dan Ibu Diah menyampaikan materi tentang jenis-jenis pestisida dan fungsinya.

Materi ini tak main-main, di era modernisasi pertanian saat ini, penggunaan pestisida tidak bisa lagi asal-asalan.

"Harus tahu dulu gejala hamanya apa. Baru bisa kita tentukan jenis pestisidanya. Jangan dibalik," ujar Ibu Elis, mengingatkan pentingnya memahami siklus hidup dan serangan WBC yang kerap mengintai saat tanaman mulai masuk fase generatif.

Tak hanya teori, para penyuluh juga langsung mempraktikkan cara mencampur larutan pestisida yang benar, sesuai dosis dan standar keamanan.

Di sinilah peran penyuluh benar-benar terasa, mereka menjembatani ilmu pengetahuan dan praktik lapangan yang tepat guna.

Usai penyuluhan, para petani tak lagi duduk diam. Mereka satu per satu menerima satu bungkus APH Metarizep. Dalam waktu singkat, penyemprotan massal dimulai di hamparan sawah milik Kelompok Tani Tunas Mekar.

Suasana yang awalnya penuh penjelasan kini berubah menjadi hiruk-pikuk semangat petani dengan alat semprot di punggung. Senyum dan obrolan ringan mengiringi gerakan mereka yang tertib namun penuh tekad.

Ini bukan sekadar penyemprotan, ini adalah bentuk nyata perlawanan terhadap ancaman gagal panen.


Berita Terkini