Kisah Hidup AKP Dede Kusyani Jadi Inspirasi, Mengabdi sebagai Polisi Berkarya sebagai Petani

BERTANI: AKP Dede Kusyani saat sedang bertani di Kebunnya.
SUBANG- Di tengah tuntutan profesi sebagai anggota Kepolisian Republik Indonesia, AKP Dede Kusyani membuktikan bahwa semangat pengabdian kepada masyarakat tidak berhenti hanya pada tugas menjaga keamanan dan ketertiban. Sosok perwira yang bertugas di lingkungan Polres Subang ini memiliki sisi lain yang tak kalah membanggakan—ia adalah seorang petani aktif yang menjalani kegiatan pertanian di sela-sela tugasnya sebagai aparat penegak hukum.
Kisah hidup AKP Dede menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama generasi muda yang sering kali memandang sebelah mata sektor pertanian. Dalam kesehariannya, pria yang telah berdinas lebih dari dua dekade ini membagi waktu antara kantor dan lahan pertaniannya yang terletak di daerah Subang.
"Bertugas sebagai polisi adalah panggilan jiwa. Tapi menjadi petani adalah bentuk cinta pada alam dan cara saya menjaga keberlanjutan hidup," ujar AKP Dede saat ditemui di sela-sela aktivitasnya di ladang, Sabtu (17/5).
Meski mengenakan seragam lengkap di hari kerja, pada waktu senggang atau akhir pekan, AKP Dede berubah menjadi sosok sederhana dengan topi caping dan cangkul di tangan.
BACA JUGA: Jalan Provinsi Binong-Pamanukan Subang Rusak Berat, Warga Minta Segera Ada Perbaikan
Ia menanam berbagai jenis sayuran dan buah, dari kangkung, cabai, tomat, hingga pisang dan pepaya. Bahkan, beberapa petaknya ditanami padi untuk kebutuhan konsumsi keluarga. "Banyak yang kaget melihat saya bercocok tanam. Tapi ini bukan hal baru bagi saya. Sejak kecil, saya sudah akrab dengan sawah. Orang tua saya petani," kenangnya.
Mengelola lahan pertanian di tengah kesibukan sebagai aparat penegak hukum tentu bukan perkara mudah. AKP Dede mengakui ada banyak tantangan, mulai dari pembagian waktu, tenaga, hingga manajemen hasil panen. Namun semua itu bisa ia lalui dengan disiplin dan tekad kuat.
"Saya selalu menyempatkan pagi sebelum ke kantor atau sore setelah dinas untuk mengecek kondisi tanaman. Ada juga bantuan dari warga sekitar yang saya pekerjakan. Jadi ini juga membuka lapangan kerja kecil-kecilan," tuturnya.
Menurutnya, bertani memberikan banyak manfaat. Selain sebagai sumber penghasilan tambahan, kegiatan ini juga menjadi terapi mental yang efektif dari tekanan tugas kepolisian yang penuh tantangan. "Bertani itu menenangkan. Melihat tanaman tumbuh itu seperti melihat harapan. Ini juga mengajarkan kesabaran dan ketekunan, nilai-nilai yang juga penting dalam profesi polisi," ungkapnya sambil tersenyum.
BACA JUGA: Dukung Investasi, Bupati Subang Reynaldy Jamin Kenyamanan dan Keamanan untuk Investor
Kecintaan AKP Dede terhadap dunia pertanian bukan semata hobi atau aktivitas pengisi waktu luang. Lebih dari itu, ia memiliki visi untuk mendukung ketahanan pangan, terutama di wilayah tempat tinggalnya. Baginya, Indonesia tidak boleh kehilangan identitasnya sebagai negara agraris.
"Saya terinspirasi dari program Asta Cita yang dicanangkan oleh Pak Prabowo Subianto soal ketahanan pangan nasional. Kita harus mulai dari diri sendiri. Jangan hanya berharap pemerintah. Warga pun bisa mengambil peran. Saya tunjukkan lewat ladang saya sendiri," jelas AKP Dede.
Ia bahkan mulai menggagas program kecil di lingkungan tempat tinggalnya, berupa ajakan untuk memanfaatkan pekarangan rumah dengan menanam tanaman produktif. Bersama warga, ia mendirikan kelompok tani kecil yang kini sudah menampung 15 anggota aktif, kebanyakan dari kalangan muda.
Menariknya, kiprah AKP Dede di dunia pertanian juga membuatnya semakin dekat dengan masyarakat. Banyak warga yang tadinya segan, kini lebih terbuka untuk berdiskusi atau sekadar berbagi cerita dengannya. "Saya percaya, polisi harus hadir di tengah-tengah rakyat, bukan hanya saat patroli atau mengusut perkara. Ketika kami ikut dalam kehidupan sehari-hari warga, rasa saling percaya akan tumbuh," ujarnya.
Beberapa kegiatan edukasi pertanian juga mulai ia rintis, seperti pelatihan menanam hidroponik, budidaya cabai, serta pengolahan pupuk organik. Kegiatan ini disambut antusias oleh masyarakat, terutama kalangan pelajar dan ibu rumah tangga. "AKP Dede itu luar biasa. Beliau polisi tapi juga bisa membimbing kami bertani. Kami jadi lebih semangat mengolah tanah daripada hanya mengandalkan bantuan," ujar Ibu Eti, salah satu warga yang ikut program pertanian binaan AKP Dede.
Ke depan, AKP Dede ingin membangun kawasan pertanian terpadu yang bisa menjadi laboratorium alam bagi masyarakat dan pelajar. Ia membayangkan tempat itu sebagai lokasi edukasi, pelatihan, bahkan wisata pertanian. "Saya punya lahan yang masih bisa dikembangkan. Ingin sekali dibuat rumah bibit, green house, dan lainnya. Semua ini bertujuan membangun kesadaran kolektif bahwa pertanian itu bukan sektor kuno. Justru masa depan ada di sini," tekadnya.
Kisah AKP Dede Kusyani adalah refleksi dari sinergi yang harmonis antara pengabdian dan kecintaan pada tanah air. Ia membuktikan menjadi aparat penegak hukum tidak membatasi seseorang untuk menjadi kontributor aktif di sektor lain. Bahkan, lewat tangan kasarnya yang menggenggam cangkul, ia menabur benih harapan bagi masa depan pertanian Subang.
Dari balik ladang sederhana dan kebun yang hijau, suara pengabdian itu terus menggema. Ia bukan hanya bertani, tetapi juga menanam semangat baru: bahwa siapa pun, di profesi apa pun, bisa ikut membangun negeri.(hdi/sep)