Bocah Muara di Subang Terpaksa Berhenti Sekolah, Terbaring Tak Berdaya Akibat Tumor di Kaki

Bocah Muara di Subang Terpaksa Berhenti Sekolah, Terbaring Tak Berdaya Akibat Tumor di Kaki

Muspika Blanakan saat menjenguk Tegar penderita tumor di kaki di kediamannya, Kamis, (24/7/2025).(Cindy Desita Putri/Pasundan Ekspres)

SUBANG-Harapan Tegar Rudianto (13), warga Dusun Suka Asih, Desa Muara, Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang, untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP pupus sudah.

Sejak empat bulan terakhir, ia hanya bisa terbaring lemah di atas tempat tidur akibat tumor yang menyerang kaki kirinya.

Anak dari pasangan Rudi (42) dan Darini (41) ini sebelumnya sempat mengalami kecelakaan ringan pada Februari 2025 lalu. Saat itu, kakinya terperosok ke saluran air. Kondisinya sempat membaik setelah beberapa kali menjalani pengobatan alternatif di tukang urut setempat.

Namun, saran dari seorang guru untuk mencoba pengobatan lain di daerah Pangulah, Cikampek, justru membawa dampak yang lebih buruk. 

BACA JUGA: Masih Ada Waktu 4 Hari Lagi, Pendaftar Calon Komisaris dan Direksi PT Subang Sejahtera Baru 16 Orang

Setelah diurut di sana, kaki kiri Tegar malah membengkak semakin besar dan terasa sangat nyeri. Sejak saat itu, ia mengalami trauma berat dan tak mau lagi dibawa berobat ke manapun.

"Tegar sampai sekarang masih terus kesakitan. Sudah empat bulan kami harus beli obat antinyeri dua kali sehari, satu hari habis 50 ribu. Dia juga gak mau lagi dibawa ke rumah sakit karena trauma berat," ujar Rudi, ayah Tegar.

Rudi yang sehari-hari menjabat sebagai Ketua RT di Dusun Suka Asih mengaku kesulitan memenuhi kebutuhan biaya pengobatan anaknya.

"Saya tidak punya pekerjaan tetap. Kalau ada yang nyuruh kerja baru saya dapat uang. Istri saya pun cuma kerja di penggesekan ikan asin, itu pun gak menentu," ungkapnya.

BACA JUGA: Rekomendasi Penginapan di Ciater Subang, It's Time to Vacation!

Meski telah memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS), keluarga Tegar tetap kesulitan karena terkendala biaya akomodasi dan kebutuhan hidup selama menjalani pengobatan di rumah sakit. 

Rudi mengatakan, Tegar sempat dirujuk dari Klinik Bhakti Asih ke RS Karya Husada Cikampek, dan kemudian kembali dirujuk ke RS Kanker Dharmais Jakarta. 

Namun, proses pengobatan itu tertunda karena keterbatasan biaya dan kondisi psikologis Tegar yang terguncang.

"Kami hanya ingin anak kami bisa sembuh dan kembali sekolah. Kami sangat berharap ada bantuan dari pemerintah, pihak desa, dan para dermawan," harap Rudi.

Menanggapi kondisi tersebut, Camat Blanakan, Cucu Wahyu menyampaikan rasa keprihatinannya dan menegaskan bahwa pemerintah tidak akan tinggal diam melihat warganya mengalami musibah seperti ini.

"Kami turut prihatin atas kondisi ananda Tegar. Kami sedang berkoordinasi dengan pemerintah desa, dinas kesehatan, dan dinas sosial untuk mencarikan solusi terbaik. Anak ini harus segera mendapatkan penanganan medis dan melanjutkan sekolah. Ini tanggung jawab kita bersama," ujar Cucu.

Lebih lanjut, Camat Blanakan menyatakan bahwa pihak kecamatan akan mendorong adanya pendampingan khusus agar Tegar bisa kembali menerima perawatan secara medis.(cdp/sep)


Berita Terkini